Thursday, September 4, 2008

Masjid Kita: Masjid Jami Al-Barkah & Legenda Sumpah Keramat



Jakarta - Masjid ini terletak di tengah pemukiman ramai, persis di pertigaan Jl Kemang Utara dengan Jl Kemang Timur, Jakarta Selatan. Tapi dahulu, saat pertama kali didirikan, masjid ini adalah wilayah pedalaman Batavia. Masjid tua itu bernama Masjid Al Barkah.Masjid Al Barkah didirikan tahun 1818 oleh Guru Sinin alias Husaini. Ia merupakan putra dari KH Syahdurrahman, pemuka agama terkenal dari Banten.



Arsitektur Masjid Al Barkah mengambil bentuk yang serupa dengan masjid-masjid di Jawa Tengah. Atap joglonya, mirip sekali dengan Masjid Demak yang konon dibuat oleh para wali. Legenda pada awal pendiriannya lah yang kian menjadikan masjid ini menarik. Syahdan, ketika Guru Sinin akan membangun masjid ini, muncul tantangan dari pemuka agama yang lain, Guru Peyang.



Entah apa alasannya, Guru Peyang lebih jauh malah memasukkan gugatan ke pengadilan Hindia Belanda yang ada pada saat itu, menuntut pembatalan pembangunan.Saat menggugat itulah, Guru Peyang mengeluarkan sumpah. “Kalo si Inin menang perkara ini, gue minta supaye buta mata gue.” Dus, Guru Sinin yang dikenal juga ahli kanuragan menanggapinya dengan santun. “Allah itu bijaksana. Lihat nanti dalam sidang.” Begitu sidang memutuskan Guru Sinin menang, seketika mata Guru Peyang pun menjadi buta.Guru Sinin kemudian melanjutkan pembangunan. Mula-mula Al Barkah hanyalah sebuah mushola kecil. Baru pada tahun 1880, masjid tersebut diperlebar atas bantuan rekan-rekan Guru Sinin seperti Ki Entel, Ki Cerewet, Ki Kantor, Ki Gedut, Ki nusi, Ki Adam, Ki Habib, Ki Glendodo, dan Ki Semper.Sampai saat ini masjid Al_Barkah telah mengalami beberapa kali pemugaran.


Pada tahun 1926, KH Naisin dengan dibantu oleh H Kyo, H Bancing, H Jeral melakukan pemugaran. Tahun 1932 juga. Pemugaran yang dilakukan pada tahun 1950, 1960, 1970 menghasilkan bentuk fisik yang telah banyak berubah. Terakhir, pada tahun 1991, Masjid direnovasi lagi oleh KH Abdus Somad.Meski sudah berganti wajah, bagi warga setempat Masjid Al Barkah sangat peduli dengan keberadaan msjid tersebut, terutama petuah dari pendirinya Guru Sinin. Salah satunya adalah perawatan harus dilakukan cuma dengan swadaya masyarakat. “Ya, kalo buat merawat masjid cuma dari bantuan masyarakat sini saja,” terang Saimih Saih, pengurus sekaligus Ketua RW desa setempat.Guru Sinin sendiri telah wafat sejak tahun 1920. Konon ia berusia panjang dan dikaruniai hidup sampai 146 tahun. Makamnya terletak di sisi barat Masjid Al Barkah. Pada hari-hari tertentu makamnya didatangi oleh peziarah dari Banten.(tbs/tbs)


Source: Detik.Com

No comments: