Friday, August 29, 2008

Napak Tilas: Sunan Kali Jaga (Raden Said)

Pada minggu ketiga bulan Agustus 2008 ini, Alhamdulillah tim pintu ikhlas mendapat kesempatan untuk menyusuri jejak langkah Wali Songo yang seperti kita ketahui mempunyai peranan penting bagi penyebaran agama Islam pada masanya.

Salah satu yang kita sudah kenal adalah Raden Said atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Kali Jaga. Bagaimana Raden Said yang sebelumnya di cap sebagai penjahat oleh rakyat sekitar dapat kembali ke jalan Allah SWT dan memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam. Berikut cerita singkatnhya dan kami sertai dengan foto foto galeri perjalanan kami yang mengesankan.




Penjahat Yang Baik Hati

Raden Said adalah putra Raden Sahur Tumenggung Wilatikta, Adipati Tuban. Raden Sahur adalah keturunan Rangga Lawe yang sudah masuk Islam. Raden Said Sebenarnya adalah seorang anak muda yang taat kepada agama dan berbakti kepada orang tua. Namun beliau tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya, karena pada saat itu banyak ketimpangan-ketimpangan dimasyarakat.



Sebagaimana diketahui bersama, akibat perang sadara yang berlarut larut maka Majapahit mengalami kemuduran. Mental para pejabat banyak yang keropos, mereka menarik pajak upeti dalam jumlah yang tinggi kepada rakyat. Kemudian disetorkan kepada atasan dalam jumlah yang tidak seberapa.

Musim kemarau panjang dan bahaya kelaparan semakin membuat rakyat tersiksa. Hal ini disaksikan oleh Raden Said yang berjiwa suci bersih, hatinya berontak, tak dapat menerima hal itu. Pada malam hari, sering dia mengambil padi dan jagung dan bahan makanan lainnya di gudang kadipaten untuk diberikan kepada rakyat jelata yang membutuhkannya, dalam melakukan aksinya ini dia selalu mengenakan topeng sehingga tak ada yang tahu bahwa yang menolong rakyat miskin itu adalah Raden Said, Putra adsipaten Tuban.

Namun perbuatannya itu tidak bertahan lama, karena salah satu penggawa kadipaten Tuban akhirnya memergokinya. Raden said dilaporkan kepada Adipati Tuban, Ayahnya sendiri. Adipati tuban yaitu Raden Sahur sangat marah sekali mendengar berita itu, Raden said dihukum berat, kedua tangannya dicambuk dengan rotan sebanyak seratus kali sehingga kedua tangannya itu menjadi melepuh dan mengeluarkan darah.

Jerakah dia ? ternyata tidak. Sesudah habis masa hukumannya dia beraksi lagi. Kali ini tidak mengambil bahan-bahan makananan milik ayahnya. Melinkan merampok harta benda milik para hartawan kaya raya dan para tuan tanah. Dan hasil rampokan itu dibagi-bagikan lepada fakir miskin serta orang-orang yang lebih membutuhkan. Hal ini pun tidak berlangsung lama. Ada seorang perampok lain mengtahui aksi Raden Said, yang kemudian menyamar seperti Raden Said dengan pakaian dan topeng yang persis dengan Raden Said.

Tentu saja orang yang menyamar seperti Raden Said itu tidak membagi-bagikan harta rampokannya lepada fakir miskin, bahkan sewaktu melakukan perampokan seringkali dia melakukan pemerkosaan pada wanita-wanita cantil yang dijumpainya.
Pada suatu hari Raden Said mendengar jeritan para penduduk yang rumahnya dijarah oleh sekawanan perampok, mendengar itu Raden Said langsung mengenakan topengnya untuk menolong penduduk yang diserang sekawanan perampok tersebut.

Sementara itu sekawanan perampok tersebut telah meninggalkan perkampungan tersebut, Raden said terjebak. Ternyata para perampok tersebut dipimpin oleh orang yang menyamar sepertinya. Salah seorang penduduk menjerit histeris sehingga mengundang para penduduk. Raden Said tertangkap dan dibawa ke balai desa, Kepala desa penasaran akhirnya menguakan sedikit topengnya betapa kagetnya kepala desa itu setelah mengetahui bahwa perampok itu tidak lain adalah Putra adipatinya sendiri. Raden said dituduh memperkosa dan membunuh orang.

Berita itu sampai ke telinga orang tua Raden Said, tak terkirakan betapa marahnya ayah Raden Said mendengar kejahatan ayahnya itu. Ibu Raden Said yang biasa membelanya sekarang tidak dapat membendung kemarahannya lagi, ketika beliau melihat kehadiran raden said dipintu gerbang kadipaten maka orang tua itu berdiri tegak sambil menuding kearah raden said.

“Pergi dari kadipaten Tuban ini“ teriak Ibu Raden said. Jangan kembali sebelum kau dapat menggetarkan dinding rumah ini dengan ayat-ayat Al-Quran yang sering kau lantunkan dimalam hari. Hati siapa yang takan hancur bila mengalami peristiwa seperti itu. Dengan wajah tertunduk raden said meninggalkan gerbang kadipaten Tuban bahkan meninggalkan wilayah Tuban, mengembara tanpa tujuan yang pasti.
Ayah dan Ibunya juga terpukul batinnya. Sebenarnya mereka sangatlah bangga mempunyai anak yang sangat tekun beribadah dan berbakti kepada orang tua.

Selama Masa Pengasingan Raden Said

Sudah bertahun tahun Raden Said meninggalkan kadipaten Tuban. Dalam pengembaraannya dia sampai disebuah Hutan bernama Jatiwangi, Disana dia terkenal sebagai seorang pemuda sakti yang sering merampok para hartawan dan para pedagang kaya raya, seperti dulu, harta itu dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Orang – orang memanggilnya Lokajaya.

Pada suatu hari ada seorang yang berjubah putih yang lewat melalui hutan jatiwangi. Dari kejauhan Raden said sudah mengincar orang tua itu. Orang itu membawa tongkat yang gagang nya terbuat dari emas berkilauan. Setelah dekat Raden Said menghadang langkah orang tua itu, “Orang tua nampaknya kau tidak Buta. Kau masih kuat berjalan dengan baik , kenapa kau bawa tongkat segala ?“ tanya Raden Said.

“Anak Muda , kata orang itu “dengan tongkat ini aku tidak akan tersesat bila berjalan di dalam gelap“.
“Tetapi hari masih siang“ tanpa tongkat pun kau masih bisa berjalan, orang tua itu memandang Raden Said penuh dengan perhatian. Wajahnya menunjukan wajah yang welas asih namun pribadinya agung dan berwibawa.

“Anak muda tongkat ini adalah pegangan“kata orang tua berjubah putih“Oarang hidup haruslah mempunya peganggan atau pedoman supaya tidak tersesat dijalannya“.

“Saya ingin melihat tongkat mu „ Kata Raden Said.
“Dari melihat akan timbul rasa ingin memiliki“ kata orang berjubah putih itu.

Tiba-tiba, tanpa berkata lagi Raden Said merebut tongkat itu. Karena tongkatnya dicabut secara paksa orang itu jatuh tersungkur ketanah. Raden said mengamati tongkat itu, sungguh aneh. Tongkat yang tadinya tampak bergagang emas berkilauan kini berubah menjadi kayu biasa.

Sementara itu dengan susah payah lelaki berjubah putih itu berdirisambil mengeluarkan air mata. Orang itu menangis. Raden Said merasa heran.
”Jangan menagis orang tua „ Kata raden Said sambil mengulurkan tongkat yang dipegangnya “ ini tongkat mu aku kembalikan“.

”Saya tidak menangis karena tongkat itu kau rebut “ kata orang tua itu. “Tapi saya merasa menyesal dan berdosa, karena saya jatuh tersungkur dan tanpa sengaja mencabut rumput yang tidak bersalah ini.”

”Hanya sebatang rumput?Kau merasa berdosa? Tanya Raden Said.
“Rumput itu sama-sama mahluk Allah. Aku mencabutnya tanpa satu keperluan.
Kalau aku mencabut untuk makan ternak itu tidak mengapa, tetapi kalau disia-siakan itu berdosa.“

Raden Said tercekat mendengar ucapan yang filosofis itu.
”Mengapa kau tega berbuat kasar pada orang tua?.“
”Saya menginginkan harta, “ jawab Raden said
”Untuk apa ?, tanya lelaki berjubah putih itu“
”Saya berikan kepada fakir miskin, karena mereka lebih menderita daripada kita,“Jawab Raden Said.

”Sungguh Mulia niatmu, tapi sayang cara yang kau tempuh itu salah.“ujar lelaki berjubah putih.
”Apa maksud mu?“
”Allah itu baik, suka pada barang baik dan hanya menerima amal dari barang yang baik dan halal, “ jawab lelaki berjubah putih itu.

Raden said semakin tercengang mendengar ucapan itu, “Allah tidak menerima sedekah dari barang yang didapatkan secara haram. Jadi sia-sia saja sedekah yang kamu berikan dari hasil merampok selama ini. Kalau kau menginginkan harta ambilah itu! Itu harta halal !“

Berkata demikian lelaki berjubah putih itu menunjuk sebuah pohon aren, seketika pohon itu berubah menjadi emas, batangnya. Daunya, buahnya, semua berubah menjadi emas berkilauan, Raden said mengerahkan ilmunya. Dia mengira orang tua itu menggunakan ilmu sihir, jika orang tua itu menggunakan ilmu sihir maka Raden said akan menangkalnya. Tapi dia kecewa, ternyata orang itu tidak menggunakan ilmu sihir. Serta merta Raden said Melompat dari tempatnya.

Pohon itu benar-benar telah berubah menjadi emas . Raden said terpaku dari tempatnya berdiri. Kemudia mencoba untuk memanjat pohon itu, untuk mengambil buahnya yantg berkilauan itu, belum lagi sampai diatas tiba-tiba buah yang gerwujud eamas itu berjatuhan mengenai kepalanya. Raden said jatuh ketanah tak sadarkan diri.

Ketika sadar pohon aren itu berubah kembali seperti semula kembali hijau seperti pohon aren biasa, dan orang berjubah putih itu sudah tidak nampak lagi. Sadarlah bahwa orang berjubah putih itu adalah orang yang berilmu tinggi, mungkin golongan para ulama atau wali.

Segeralah Raden Said mengejar dengan mengerahkan segala tenaga, tetapi raden said belum dapat mengejarnya, setelah nafasnya hampir habis barulah raden said dapat mengejar orang berjubah putih itu ditepi sungai,“Ada apa kau menyusul ku anak muda ?“ tanya orang tua itu.

”Sudikah kiranya menerima saya sebagai murid.“Ujar raden said.
Orang tua ini yang tak lain adalah Sunan Bonang dan bersedia menerima Raden Said sebagai muridnya. Tapi Raden said harus melalui ujian kesetiaan. Sunan Bonang menacapkan Tongkatnya ditepi sungai, raden said diperintahkan untuk menunggunya sampai kembali.
“Sanggupkah kau menerima syarat ini‘? Tanya Sunan Boanang.
“Sanggup Kanjeng Sunan“ jawab Raden Said.
Sunan Bonang kemudian meneruskan perjalanannya ke masjid demak.

Al-kisah Sunan Bonang terlupa pada raden said yang disuruh menunggu tongkatnya ditepi sungai. Hal ini sudah berlangsung berbulan-bulan lamanya, bahkan ada yang menyebutkan bertahun-tahun. Setelah teringat barulah sunan Bonang pergi menemui raden said. Dia ingin melihat apakah Raden Said masih setia menunggu tongkatnya.

Sunan Bonang kaget setelah melihat Raden said ternyata tetap setia menunggu tongkatnya di tepi sungai sambil semedi. Menurut sumber lain Raden Said berdo’a kepada Tuhan supaya ditidurkan seperti halnya Tuhan menidurkan tujuh pemuda di Goa Kahfi bertahun-tahun. Karena sudah bertahun-tahun tubuh Raden Said dirambati akar dan daun-daun pepohonan. Kemudian Sunan Bonang membangunkan Raden Said dengan mengeluarkan Azan, karena cara lain tidak bisa membangunkannya.

Raden said kemudian dibawa ketempat Sunan Bonang untuk diajarkan agama tingkat tinggi sehingga berkat ketekunan Raden Said dapat mewarisi ilmu Sunan Bonang. Karena Raden Said bersemedi atau bertapa di tepi sungai bertahun-tahun maka setelah menjadi wali, dia disebut sebagai Sunan Kali Jaga. Kali Jaga Artinya yang menjaga sungai.

Jasa-jasa Sunan Kali Jaga

a. Sebagai Da’i

Beliau yang dikenal sebagai seorang yang pandai bergaul pada lapisan masyarakat. Dari kalangan bawah sampai atas. Jika para wali yang lainya berda’wah di wilayahnya saja yaitu dengan mendirikan pesantren maka sunan kali jaga ini terkenal sebagai mubaligh keliling yang kondang.

Dengan memanfaatkan kesenian rakyat yang ada beliau dapat bergaul dan mengumpulkan rakya dan mengajarkan agama Islam. Beliau ahli menabuh gamelan, mendalang, pandai menciptakan dendang yang semuanya dipergunakan untuk kepentingan da’wah. Dengan caranya yang luwes tersebut banyaklah orang jawa yang bersedia masuk Islam.

b. Sebagai Ahli Seni.

Diantara keahlian Sunan Kali Jaga adalah beliau aktif dalam segala macam cabang seni, diantaranya ialah :
· Beliau yang pertama kali menciptakan baju tagwa, yang kemudian disempurnakan oleh sultan Agung dengan Destar mrenyamping dan Keris serta rangkaian lainnya.
· Beliau Ahli seni suara yaitu pencipta lagu dandang gula dan dandang gula semarang.
· Ahli seni Ukir yaitu menciptakanseni ukir berbentuk dedaunan, bentuk gayor atau alat, menggantung gamelan dan bentuk numerik lainnya yang sekarang dianggap sebagai seni ukir nasional.
· Sunan Kali Jagalah yang memerintahkan Ki Pandanarang atau Sunan Tembayat untuk membuat Bedhug , yaitu semacam drum yang dipergunakan untuk memanggil orang supaya berangkat ke masjid.
· Grebeg Maulud adalah acara yang diprakarsai oleh Sunan Kali Jaga. Aslinya acara ini adalah Tablig akbar atau pengajian akbar yang diselenggarakan para wali untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW.
· Gong Skaten adalah ciptaan Sunan Kali Jaga yang mempunyai filsafat mengajak orang masuk islam.
· Pencipta Wayang Kulit, karena zaman Sebelum Wali, hanya ada wayang beber yaitu gambar setiap adegan dibeber pada sebuah kulit, gambarnya berupa manusia.
· Diantara Temapng yang masih Populer hingga sekarang aadalah Tembang Lir-ilir.

No comments: